Rabu, 22 Februari 2017

Entah apa yang sedang kurasakan saat ini. Ada kelegaan tersendiri. Namun tak memungkiri ada rasa bersalah yang teramat dalam. Kesekian kali aku menjatuhkan air mata pada sepasang bola mata yang kokoh itu. Mata yang selalu berkata jujur. Mata yang selalu menatapku dengan penuh cinta.
Kamu lelaki hebat. Lelaki dewasa. Lelaki yang sangat sempurna. Bagaimana bisa aku memilih pergi dari lelaki sepertimu? Logika selalu ingin tinggal, tapi hati berkata lain. Ya, logika ku memang selalu menujumu, tapi entah hatiku tak pernah bermuara padamu. Mungkin hanya butuh waktu, pikirku. Nyatanya setahun lebih belum cukup untuk menjadikan mu tuan di hatiku.
Sampai pada akhirnya kamu menyadari bahwa ada orang lain dihatiku dan aku pun tak bisa memungkiri bahwa sosok yang 3tahun silam pernah bersamaku ternyata masih tinggal jauh di dalam hatiku. Ternyata dia mempunyai tempat tersendiri disini (hati) yang seakan akan tak ada orang lain yang mampu menggantikannya.
Akupun menjawab dengan jujur atas pertanyaanmu. Dan apa responsmu? Ku kira kamu akan marah besar seperti yang sudah sudah. Namun nyatanya kamu hanya membalas dengan sebuah senyuman tulus dengan berkata "aku lega kamu udah jawab jujur"
Glek! Saat itu juga aku merasa manusia paling jahat. Kesekian kali aku hanya bisa menelan ludah dengan keadaan mata yang mulai berkaca kaca. Jika menyakiti seseorang sesakit ini bagaimana dengan orang yang ku sakiti? Sudah berapa kali mata itu aku sembabkan? Bahkan pundaknya yang kokoh pun ikut bergetar. Sesakit itukah? Batin ku miris.
Semua pernyataan mu bak belati yang mengiris iris nyeri. Benar nyatanya. Kau tidak menyalahkanku. Kamu hanya berkata kebenaran. Kedewasaan yang menurutku jarang ada pada orang lain.
Aku lega. Dan kamu menerima semuanya dengan baik, sangat baik malah.
Katamu "kamu wanita hebat. Menuruti kemauan ibumu dan masih mau memikirkan ibumu. Setiap orang punya pilihan. Dan kamu berhak menentukan pilihan hidupmu" airmataku meluruh mendengar pernyataan mu itu.
Aku penasaran kelak seperti apa jodoh mu itu. Aku harap dia tidak sepertiku.
Rudiyamsah.



Lampung, 23 februari 2017